THELOCAL.ID, MAKASSAR – Kalau dulu investasi identik dengan orang kantoran atau pebisnis, sekarang ceritanya beda. Generasi Z alias anak-anak kelahiran 1997 ke atas justru jadi salah satu motor pertumbuhan investor baru, terutama di jalur investasi syariah.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juni 2025 jumlah investor saham syariah telah menembus 160 ribu orang, naik sekitar 15 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tren positif ini juga tercermin pada reksa dana syariah, yang menurut laporan OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dana kelolaan sebesar Rp 51 triliun.
Survei Indonesia Millennial & Gen-Z Report 2024 yang dirilis oleh IDN Research Institute bersama Alvara Research Center menyebutkan lebih dari 40 persen Gen Z di Indonesia tertarik pada produk keuangan syariah. Faktor yang mendorong antara lain keinginan untuk berinvestasi sesuai nilai agama, transparansi instrumen, dan anggapan bahwa produk syariah relatif lebih aman karena tidak berbasis spekulasi berlebihan.
Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, memang tumbuh di era serba online. Akses mudah melalui aplikasi investasi digital jadi pintu masuk utama. Platform seperti Bibit Syariah atau Bareksa Syariah memungkinkan mereka mulai berinvestasi hanya dengan modal puluhan ribu rupiah. Proses registrasi yang cepat, tampilan aplikasi yang ramah pengguna, hingga fitur edukasi di media sosial membuat investasi syariah terasa dekat dan tidak menakutkan.
Minat Gen Z terhadap investasi syariah tidak bisa dilepaskan dari karakter mereka yang lebih peduli pada nilai dan prinsip hidup. Investasi bagi mereka bukan hanya soal mengejar keuntungan, melainkan juga menjaga ketenangan hati dengan memastikan uang ditempatkan di instrumen halal, bebas riba, dan jauh dari praktik spekulatif. Prinsip keberlanjutan dan etika yang melekat dalam produk syariah terasa sejalan dengan idealisme generasi ini yang lebih kritis terhadap isu sosial maupun moral.
Selain faktor nilai, aspek religiusitas masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ikut memperkuat tren ini. Edukasi keuangan syariah semakin gencar dilakukan, baik oleh lembaga resmi maupun komunitas di media sosial. Konten ringan di TikTok, Instagram, hingga podcast membuat informasi seputar pasar modal syariah bisa dipahami dengan cepat dan menarik perhatian anak muda.
Dari sisi makro, perkembangan ini membawa dampak positif. Investasi syariah tidak hanya memperluas inklusi keuangan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan syariah dunia. Pemerintah sendiri terus memberikan dukungan melalui regulasi yang ramah investor syariah, misalnya dengan memperluas daftar saham syariah dan memperkuat pengawasan agar produk yang ditawarkan benar-benar sesuai prinsip halal.
Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Gen Z akan menjadi motor penggerak utama ekosistem investasi syariah di tanah air. Dengan kombinasi semangat digital, nilai religius, dan kesadaran etis, mereka berpotensi membawa wajah baru dalam dunia keuangan Indonesia: lebih inklusif, berprinsip, dan tetap relevan dengan perkembangan zaman.