THELOCAL.ID, MAKASSAR – Gaya hidup minimalis bukan hanya soal memiliki barang lebih sedikit, tapi juga tentang menyederhanakan prioritas, mengurangi beban, dan menciptakan ruang untuk hal-hal yang benar-benar penting. Di tengah tekanan gaya hidup konsumtif dan mahalnya harga properti, rumah kecil menjadi pilihan yang tidak hanya realistis tetapi juga penuh makna. Keluarga milenial kini lebih memilih kenyamanan emosional daripada luasnya lahan.
Banyak pasangan muda yang menyadari bahwa rumah besar dan penuh barang justru bisa menimbulkan stres, tagihan lebih besar, dan perawatan lebih melelahkan. Rumah minimalis memaksa penghuni untuk lebih selektif dalam memilih barang dan lebih menghargai fungsi daripada bentuk. Alhasil, rumah terasa lebih lega, bersih, dan mudah dirawat sekalipun sempit.
Kehangatan keluarga, komunikasi yang intens, dan waktu bersama menjadi nilai utama yang dikejar, bukan lagi status sosial dari properti mewah.
Dalam rumah kecil, kreativitas mengatur ruang jadi penentu kenyamanan. Desain interior dengan furnitur multifungsi seperti sofa bed, meja lipat, rak tanam di dinding, atau tempat tidur dengan laci penyimpanan jadi favorit. Gaya Japandi (Japanese-Scandinavian) dengan warna netral dan pencahayaan alami banyak diterapkan karena memberi kesan lapang dan tenang. Ruang terbuka seperti dapur menyatu dengan ruang keluarga menciptakan suasana hangat dan fleksibel.
Dengan rumah minimalis, pengeluaran untuk listrik, perabot, air, hingga pajak properti lebih terkendali. Banyak keluarga milenial menggunakan uang yang dihemat untuk kebutuhan lain seperti traveling bersama, investasi pendidikan anak, atau dana darurat. Ini sejalan dengan prinsip minimalisme: hidup lebih dengan memiliki lebih sedikit.
Mengurangi barang bukan hanya urusan fisik, tapi juga emosional. Proses decluttering (menyortir dan membuang barang tak terpakai) membantu penghuni rumah melepaskan keterikatan pada masa lalu dan memberi ruang untuk masa kini. Banyak keluarga mengadopsi metode Marie Kondo atau KonMari dalam menata rumah agar setiap barang yang disimpan benar-benar “membawa kebahagiaan”.
Tak perlu rumah besar untuk membesarkan anak dengan penuh cinta. Anak-anak yang tinggal di rumah kecil justru memiliki lebih banyak waktu berkualitas bersama orang tua. Mereka juga belajar nilai kesederhanaan, kerapian, dan kedekatan emosional sejak dini. Yang dibutuhkan anak bukan ruang bermain luas, tapi perhatian dan kehadiran yang utuh dari orang tuanya.
Gaya hidup minimalis bukan tentang membatasi diri, tapi tentang menemukan kepuasan dalam cukup. Keluarga milenial yang memilih rumah kecil bukan berarti kalah, justru sedang membangun hidup yang lebih sadar, terarah, dan bahagia. Dalam kesederhanaan, mereka menemukan ruang untuk hal-hal yang benar-benar penting seperti keluarga, ketenangan, dan kebebasan.