THELOCAL.ID, MAKASSAR – Kalau dulu cari makanan khas Makassar harus turun ke warung atau rumah makan, sekarang cukup buka aplikasi di ponsel, scrolling sebentar, lalu pesanan langsung meluncur ke depan pintu. Fenomena ini makin terasa karena banyak anak muda Makassar yang menjajal bisnis kuliner lewat jalur digital.
Mulai dari coto, pallubasa, jalangkote, sampai dessert kekinian, semua bisa ditemukan dengan mudah di aplikasi pesan-antar makanan. Banyak di antaranya dibuat langsung dari dapur rumah anak-anak muda Makassar yang kreatif. Mereka memanfaatkan Instagram, TikTok, dan marketplace kuliner untuk memasarkan produk.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat bahwa UMKM menyumbang lebih dari 60 persen perekonomian daerah, dan kuliner jadi salah satu sektor paling dominan. Kehadiran teknologi digital membuat UMKM ini makin gesit, bisa menjangkau pelanggan lebih luas tanpa harus punya toko fisik.
Yang menarik, anak-anak muda ini tidak hanya menjual makanan, tapi juga pengalaman. Packaging dibuat kekinian, promosi lewat video lucu, bahkan ada yang pakai tren meme untuk menarik perhatian. Hasilnya, makanan Makassar tidak lagi hanya dikenal secara lokal, tapi mulai dilirik pembeli dari luar kota lewat jasa pengiriman instan.
Meski menjanjikan, bisnis kuliner digital bukan tanpa tantangan. Persaingan ketat, ongkos kirim yang kadang bikin pelanggan mikir dua kali, dan biaya bahan baku yang naik-turun jadi cerita sehari-hari para pelaku usaha. Tapi justru dari tantangan inilah lahir inovasi: promo bundling, menu hemat, sampai kolaborasi antar-UMKM.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Makassar bukan hanya kota kuliner dengan tradisi panjang, tapi juga kota yang terbuka terhadap perubahan. Anak muda berhasil menggabungkan warisan rasa dengan teknologi digital. Hasilnya, kuliner lokal semakin hidup, ekonomi kreatif berkembang, dan masyarakat punya lebih banyak pilihan.
Perjalanan UMKM kuliner digital di Makassar adalah cermin bagaimana kreativitas dan teknologi bisa berpadu, melahirkan peluang baru di tengah tantangan. Dari dapur kecil hingga layar gawai, anak-anak muda kota ini berhasil membuktikan bahwa inovasi bisa membuat cita rasa lokal semakin mendunia. Jika tren ini terus terjaga dengan dukungan ekosistem yang kuat, bukan tidak mungkin Makassar akan menjadi salah satu pusat kuliner digital paling berpengaruh di Indonesia timur.